« Home

PERAWATAN ANTHURIUM

PERAWATAN ANTHURIUM

Anthurium merupakan salah satu tanaman hias yang sangat indah. Tanaman ini merupakan tanaman hias penting di Belanda, Hawai, Mauritius dan Jamaika. Filipina, Thailand, Tahiti, Malaysia, India, Brasil, Trinidad, Guadalupe, Martinique, Florida, dan California merupakan produsen penting kedua. Indonesia belum termasuk sebagai negara penghasil anthurium. Namun demikian telah ada petani atau pengusaha yang menanam anthurium dalam jumlah terbatas. Varietas yang ditanam umumnya diimpor dari luar negeri, terutama dari Belanda, baik untuk anthurium sebagai bunga potong maupun sebagai bunga pot. Pada umumnya pengusaha tidak hanya menanam anthurium, tetapi juga mengusahakan tanaman hias lain, seperti yang dilakukan oleh PT Melrimba, PT Megaflora, PT Eka Graha Flora di Jawa Barat, dan PT Selektani di Malang. Anthurium juga banyak ditanam petani kecil di daerah Cihideung, Bandung. Untuk bunga potong, varietas anthurium
yang banyak beredar di pasaran adalah Tropical, Amigo, Vantasia,

Membudidayakan Anthurium secara Tradisional

Casino, dan Kauman, sedangkan sebagai tanaman pot yang banyak diperdagangkan adalah Mickey Mouse, Karibian, Bonito, Apline, dan Lady Jean, masing-masing dengan keunikannya.

Budi Daya Anthurium Lokal di Sumatera Barat

Salah satu daerah penghasil bunga di Sumatera Barat adalah Kota Padangpanjang dan Bukittinggi yang berada pada ketinggian sedang. Padangpanjang bahkan pernah mendapat julukan sebagai Kota Bunga pada tahun 1950-an. Sementara itu Pemerintah Kota Bukittinggi dewasa ini tengah menggalakkan pengembangan tanaman hias dan mengharapkan agar setiap gedung perkantoran dilengkapi dengan tanaman hias hidup. Sejalan dengan itu pemerintah pusat mengalokasikan dana untuk pengembangan tanaman hias, termasuk anthurium (Anthurium andreanum). Pertanaman anthurium di Padangpanjang meliputi areal 9 ha yang terletak pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Salah satu petani anthurium adalah Hj. Azimah yang mengelola tanaman anthurium lokal sekitar 3 ha. Anthurium ditanam di bawah pohon-pohon pelindung seperti durian, rambutan, jengkol, mangga, dan alpukat. Penanaman bersifat tradisional, tanpa ada sentuhan teknologi baru. Bahkan menurut informasi tidak dilakukan pemeliharaan seperti halnya budi daya tanaman komersial, seperti pengolahan tanah, penyiangan, pemupukan atau pengendalian hama/penyakit. Panen dilakukan tiap minggu, selanjutnya bunga dipak dan dikirim ke kota. Hal yang sama juga dilakukan oleh Ibu Nurbaeti yang mempunyai kebun anthurium seluas 1 ha. Pascapanen juga dilakukan secara sederhana. Setiap minggu bunga yang sudah mekar dipanen, kemudian tangkai bunga dimasukkan ke dalam ember yang berisi air atau wadah tanpa air. Rata-rata Hj. Azimah memanen 2.000-2.500 tangkai, sedangkan Ibu Nurbaeti 1.000- 1.500 tangkai per minggu bergantung pada musim. Panen pada musim hujan lebih banyak dibanding panen musim kemarau. Pengepakan juga dilakukan secara sederhana. Setiap 50 tangkai bunga diikat kemudian dibungkus dengan plastik. Harga bunga per tangkai berkisar antara Rp200-Rp250.

Pertanaman anthurium lokal pada lahan berlereng (kiri) dan pada lahan datar (kanan).

Membudidayakan anthurium lokal cukup mudah. Bahkan tanpa sentuhan teknologi pun, seperti pengolahan tanah, pemupukan, dan pengendalian hama-penyakit, tanaman mampu tumbuh dan berproduksi dengan baik.
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 28, No. 1, 2006 Pascapanen anthurium; sebelum dipak (kiri) dan setelah dipak (kanan). Gejala serangan Helopeltis sp. (kiri) dan hawar daun (kanan) pada anthurium.

Gangguan Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit pada tanaman anthurium cukup banyak. Namun pada pertanaman anthurium lokal yang ditanam secara tradisional tampaknya hama dan penyakit belum menjadi kendala, walaupun belum ada upaya pencegahan atau pengendalian. Hama utama pada tanaman anthurium adalah Helopeltis sp. Dan untuk penyakit adalah hawar daun.


Spesies Helopeltis pada tanaman anthurium mungkin sama dengan yang menyerang kakao muda. Gejala serangan berupa bercak nekrotik kecil-kecil, berwarna coklat sampai hitam yang tersebar merata di seluruh permukaan daun. Hama menyerang daun yang masih muda bahkan yang masih menggulung. Daun yang terserang menjadi mengerut atau berlubang-lubang. Hama juga menyerang bunga yang masih muda, ditandai dengan adanya bercak-bercak nekrotik pada spathe maupun spadix (ekor). Akibatnya bunga tidak laku dijual. Serangga mengisap cairan tanaman dengan alat pada mulutnya yang menyerupai belalai. Serangan mungkin dilakukan pada malam hari karena serangga tersebut sulit ditemukan pada siang hari. Penyakit hawar daun pada tanaman anthurium disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. dieffebachiae (sin. X. xenopodis pv. dieffebachiae). Penyakit ini pernah tercatat sebagai penghancur industri anthurium di Hawaii. Gejala dapat dijumpai di semua bagian tanaman. Pada daun, infeksi terjadi melalui lubang hidatoda di tepi daun dengan warna kuning kebasahan. Bercak yang sudah lanjut berwarna hitam, biasanya dikelilingi oleh jaringan klorotik. Tingkat serangan kedua OPT tersebut pada anthurium lokal masih rendah. Hal ini mungkin dikarenakan kultivar yang digunakan (A.adreanum) toleran terhadap hama dan penyakit atau telah terjadi keseimbangan biologis sehingga populasinya berada di bawah ambang kendali

Untuk informasi lebih lanjut
hubungi:
Balai Penelitian Tanaman Hias
Jalan Raya Ciherang Segunung
Pacet-Cianjur 43253
Telepon : (0263) 512607
516684
Faksimile : (0263) 512607
E-mail : segunung@indoway.net
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 28, No. 3, 2006

Google Docs & Spreadsheets -- Web word processing and spreadsheets.