Thursday, March 19, 2009

Arti Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009

Arti Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009
Apalah arti sebuah kalimat kalo hanya sebuah slogan. Mari kita cari arti dari Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009.
Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 artinya menjaga suasana kampanye yang tenang.
Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 artinya melihat dengan jelas arti dari demokrasi (Democrazy?)
Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 artinya menghargai kontestan partai lain untuk berkampanye dengan damai
Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 artinya mengikuti aturan main.
Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 artinya tidak melanggar lampu merah (he..he..)
Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 artinya tetap senang walau kalah dalam pemilu
Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 artinya pengeluaran bensin gedhe...
Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 artinya lupa tidak tidur siang...
Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 artinya teriak keras tapi tidak emosi...
Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 artinya tidak kecewa kalo duit habis buat beli bendera partai...
Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 artinya bisa jalan-jalan ama pacar sambil kampanye...
Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 artinya pedagang es lilin laku keras
Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 artinya kumpul bareng temen2...(kakak, adik, papa, mama, nenek... he..he barangkali ikutan kampanye juga)
Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 artinya rejekinya tukang sablon kaos lg banyak order...

Ada lagi gak ya? Mo’ nambahin arti Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009? Please comment dibawah ya…?

Thursday, February 22, 2007

PROSPEK PENJUALAN ANTHURIUM

PROSPEK PENJUALAN ANTHURIUM

Senin, 02 Oktober 2006 18:24:02
Rumah tanam di pekarangan belakang sebuah rumah di Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah, itu terlihat sederhana. Selembar plastik dibentangkan di atas rangka bambu setinggi 3 m, melindungi ruang terbuka seluas 10 m x 6 m dari deras hujan. Di bawah plastik, selapis jaring penaung dengan kerapatan 75% meneruskan 25% sinar matahari. Di sanalah Rendy Cahyanto menumbuhkan kecambah-kecambah anthurium umur 14 hari dalam 8 boks styrofoam berukuran 30 cm x 40 cm. Satu boks berisi 150-200 kecambah. Setelah 2 minggu dipelihara-atau 1 bulan setelah semai-kecambah berdaun sehelai siap jual. Dengan harga Rp35.000- Rp45.000 per kecambah berarti diperoleh pendapatan total minimal Rp42-juta.

Alumnus Teknik Elektro, Universitas Petra Surabaya, itu bakal menangguk rupiah lebih banyak jika bibit anthurium dibesarkan lebih lama. Dua bulan setelah semai, jumlah daun menjadi 2 helai. Harganya Rp60.000-Rp70.000. Dengan asumsi tingkat kegagalan 10%, masih diperolah pendapatan Rp64,8-juta. Selain di greenhouse, Rendy menyemai biji di ruang tengah rumah. Di sana biji dikecambahkan sampai berumur 14 hari. Setelah 2 pekan tanpa sinar matahari, kecambah dipindah ke nurseri.

Waktu Trubus berkunjung pada akhir Juli 2006, ada 8 boks berisi masing-masing 150-200 biji. Itulah calon pendulang rupiah 2 minggu mendatang.Biji-biji itu didapat dari Anthurium jenmanii raksasa berdaun lebih dari 25 helai sepanjang 1 m dan lebar 40 cm. Rendy memetik 50-200 biji per hari. Anggota famili Araceae itu dibeli Rp95- juta pada 18 Agustus 2006. Pemilik toko emas yang baru 3 bulan terjun ke anthurium itu berani memboyong karena A. jenmanii memiliki 2 tongkol buah-spadiks-siap matang. Diprediksi total biji mencapai 3.500 butir. Harga biji Rp10.000-ini harga berlaku di pasaran ketika induk dibeli-omzet Rp35-juta didapat. Padahal pada akhir Agustus 2006 harga sudah melonjak jadi Rp30.000. Artinya rupiah yang mengalir ke kantong berlipat menjadi Rp105-juta.

Prediksinya tidak meleset. Sampai akhir Agustus saat Trubus meliput, Rendy sudah menjual 1.500 kecambah berdaun 1 lembar umur 1 bulan dengan harga rata-rata Rp35.0000-Rp45.000. Sisanya dibesarkan sampai berdaun 2 helai-menambah waktu perawatan 1 bulan. Saat itu harga menjadi 60.000-Rp70.000 per kecambah. Dengan sisa 2.000 kecambah berarti rupiah yang potensial ditangguk Rp120-juta.

Heboh anthurium Masih di sekitar Karangpandan, Usep Setiawan yang sehari-hari bekerja sebagai Petugas Penyuluh Lapang di Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar juga getol mengecambahkan biji anthurium. Setiap minggu alumnus Universitas Katolik Slamet Riyadi Solo itu menyemai minimal 100 biji di lahan 11 m x 15 m yang juga dipakai untuk menyimpan tanaman induk. Biji disemai selama 4 bulan hingga berdaun 3-4 helai. Saat itu harga bibit Rp60.000 per polibag. Itu berarti setelah 4 bulan, Usep menangguk pendapatan Rp6-juta per minggu. Pendapatan lebih besar jika kelahiran Bandung 40 tahun silam itu menjual bibit berumur 8 bulan setelah semai. Harga melonjak jadi Rp400.000 per bibit.

Cerita setali tiga uang, Trubus temukan di Tawangmangu-masih di Karanganyar. Sejak 5 bulan silam, Matos Sutirto menyemai biji A. jenmanii. Biji dipetik dari 2 spadiks tanaman induk milik sendiri. Jika setiap spadiks berisi 1.000 biji, berarti Sarni-panggilan Matos- menyemai 2.000 biji. Dari sejumlah itu, 500 bibit berdaun 2 helai-umur 2 bulan setelah semai-terjual pada pembeli asal Sleman, Yogyakarta. Pada Juli 2006 harganya Rp15.000-Rp16.000 per bibit, sehingga kelahiran 14 April 1977 itu mengantongi Rp7,5-juta.

Ngetren Hasil pelacakan Trubus ke beberapa daerah di Jawa Tengah, anggota famili Araceae itu memang tengah naik daun. Desa-desa di Kabupaten Karanganyar jadi sentra utama. Di sana, anthurium ditanam di hampir setiap halaman rumah. Greenhouse-greenhouse lebih sederhana ketimbang milik Rendy, bermunculan di sana- sini. Sentra lain tersebar di Kecamatan Karangpandan, Matesih, Ngargoyoso, Jenawi, Tawangmangu, dan Kerjo. Di sini semua orang sibuk mencari barang dan sibuk menanam, ujar salah seorang pemain. Yang dicari terutama biji atau anakan berdaun 1-2 helai karena masih murah.

Kesibukan di kebun Didik Setiawan di Ngargoyoso, Karangpandan, Karanganyar, bisa menggambarkan kondisi itu. Waktu Trubus berkunjung pada akhir Agustus 2006, belasan orang terlihat memenuhi kebun seluas 1.000 m2. Sebagian sibuk mengepak dan mengangkut anthurium ke atas kendaraan. Yang lain masih asyik memilih-milih tanaman dari rak-rak berisi A. jenmanii remaja hingga dewasa. Suasananya persis di pasar swalayan.

Para pembeli tak sungkan datang ke kebun di kaki Gunung Lawu berketinggian 600 m dpl itu. Didik dikenal sebagai salah satu pekebun besar. Setiap bulan ia menyetok minimal 150 tanaman berbagai ukuran. Dengan harga Rp600.000-Rp15.000.000, pemilik kebun krisan dan gerbera itu meraup omzet ratusan juta rupiah. (baca: Jutawan Anthurium dari Lereng Lawu, halaman 24)Pantas banyak yang ingin mengekor jejak sang pionir. Tak melulu para pemain tanaman hias, mereka yang tanpa latar belakang pertanian pun ingin mencicipi rezeki si bunga ekor.

AB Suroto, pemilik bengkel kendaraan bermotor di Klatak, Karangapandan, Karanganyar, menukar Toyota Corona Twin Camp dengan induk A. jenmanii bertongkol 5. Dari 2 tongkol matang didapat 2.500 biji. Setelah dirawat 3 bulan, anakan sudah memberi pemasukan Rp100-juta. Padahal masih ada 3 spadiks menanti disemai. Sekarang pendapatan dari anthurium lebih besar daripada bengkel, tutur Suroto. Banyak pengojek yang beralih profesi menjadi pedagang anthurium. Tak sedikit pemilik sapi yang menukar hewan ternaknya dengan kerabat aglaonema itu. Mereka tak khawatir memasarkan karena pembeli sudah menunggu. Kalau sekarang ada 10.000 biji jenmanii pasti habis dalam sehari, ujar Djumadi menggambarkan kemudahan pasar. Hampir semua memilih membudidayakan A. jenmanii. Maklum anthurium berdaun lebar itu tengah jadi primadona. Dibanding jenis lain, A. jenmanii paling menarik. Sosoknya terlihat gagah, tutur Ir Sugiono Budhiprawira, kolektor di Bogor. Belakangan jenis-jenis seperti A hookeri, wave of love, dan keris juga populer. Musababnya, harga sang pionir telanjur meroket tajam sehingga tak terjangkau kantong sebagian orang.Sumatera Di Solo, biji-biji anthurium wave of love dari 4 tanaman induk milik Angelina Sriyulianti ludes. Padahal satu induk menghasilkan 4 spadiks. Satu spadiks terdiri dari 2.000 biji. Setelah dirawat sampai keluar 2 daun, bibit dijual Rp1.500. Itu berarti dari setiap tongkol, Yuli-sapaannya-mengantongi Rp3-juta. Bila diperbesar hingga 5 daun, harga naik 2 kali lipat.Nun di kawasan Kedoya, Jakarta Barat, 200 anthurium keris setinggi 1,5-2 m milik Nasir diborong pembeli dari Solo dan Yogyakarta. Kejadian serupa dialami Ojih di Jakarta dan Eddy Pranoto di Ambarawa, Semarang.Tak melulu bibit, tanaman induk juga larismanis. Maklum, berhasil menguasai indukan berarti mendapatkan sumber pundi-pundi.

Seorang pembeli yang datang ke kebun Didik Setiawan berani menukar 10 pot A. jenmanii dengan CR-V senilai 180-juta. Belakangan perburuan merambah hingga ke Sumatera. Waktu Trubus hubungi, Hadi Sumarna, pemain di Sawangan, Depok, tengah mencari tanaman induk ke Medan, Pancurbatu, Tanjungmorawa, dan Binjai. Di sana ia mengincar anthurium koleksi para hobiis. Hadi mengharap mendapatkan jenis langka dengan harga lebih terjangkau.

Wabah anthurium pun terlihat di pameran-pameran. Pada ekshibisi di Mal Sriratu, Semarang, pada akhir Mei 2006, 160 pot wave of love mini terjual di stan nurseri Pandawa milik Hadi Kuncoro. Dengan harga Rp100.000 per pot, pendapatan Hadi Rp16-juta. Hal serupa terjadi dalam pameran flora dan fauna di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, separuh stan peserta menjajakan asal Amerika Selatan itu. Sugiono memprediksi, dalam 8 bulan ke depan bibit-bibit yang kini tengah dirawat para pekebun bakal menjadi tanaman remaja untuk konsumsi hobiis. Apakah pasar Jakarta siap menampung? tanya pemilik nurseri Sugi itu. Harga meroket Lantaran banyak diburu, harga laceleave itu meroket tajam. Harga pun berubah sangat cepat. Sugiono Budhiprawira masih ingat. Saat melepas 14 pot A. jenmanii terdiri dari 16 daun setinggi 1 m pada Februari 2006 hanya Rp750.000 per pot. Seminggu berselang harga melonjak jadi Rp1,5-juta. (baca boks: Pergerakan Saham Anthos Oura, halaman 14)Dalam ingatan Sugiono, tak pernah anthurium begitu mahal dan dicari-cari seperti sekarang.

Kerabat keladi itu memang pernah beken pada 1980-an. Tapi itu jenis tertentu dan pemainnya terbatas di kalangan kolektor, lanjut pria berpenampilan rapi itu. Ayah 2 anak itu menyebut nama Jack Hamzah, Tati Suroyo, Sansan Wijaya, Ansori, dan Anggoro sebagai bagian dari sedikit kolektora. Pada paruh 1980-an itu anthurium wave of love yang digandrungi. Sayang, pamornya kemudian meredup. Barulah pada awal 1990-an anthurium naik daun lagi. Kali itu jenis jenmanii, corong, petruk, dan bintang kejora yang jadi incaran. Namun, lagi-lagi bintang kerabat alokasia itu meredup. Diduga sosok terlalu besar membuat penggemar dengan rumah tipe standar mesti menahan diri untuk memiliki. Selain itu perbanyakan lewat biji yang jumlahnya ribuan, membuat anthurium mudah jatuh pamor, tegas Ansori, pemiliki nurseri Zikita di Jakarta. Apalagi kemudian pada akhir 1990-an muncul tanaman hias lain seperti aglaonema, adenium, dan euphorbia yang memikat para hobiis. Perburuan anthurium di berbagai daerah pun baru kali ini terjadi. Dulu dalam sebulan belum tentu ada yang keluar dari nurseri, tutur Sugiono. Iwan Hendrayanta, ketua Perhimpunan Florikultura Indonesia menyebut anthurium tanaman hias musiman yang biasanya muncul ketika ada ajang pameran.Bosan aglaonema? Pantas banyak yang bertanya-tanya, mengapa pamor anthurium meroket. Dalam obrolan-obrolan ringan pada Februari 2006 seorang pemain tanaman hias kawakan di Semarang pernah memprediksi si bunga ekor akan naik daun. Orang mulai bosan dengan aglaonema, katanya. Musababnya, harga sri rejeki gila-gilaan. Sebut saja tiara yang dibandrol Rp2,5-juta per daun atau hot lady Rp4-juta per daun.Harga itu membuat terbelalak hobiis berkantong cekak- pun pemain pemula. Mereka lantas memilih tanaman hias lain. Pilihan jatuh pada anthurium. Pada 6 bulan silam, dengan memegang Rp800.000 mereka bisa mendapat A. jenmanii 16-17 daun setinggi 1 m. Bila membeli aglaonema paling hanya pas untuk membeli sepot legacy terdiri dari 6 daun setinggi 10-15 cm.Apalagi sosok anthurium memang indah. Keelokan si bunga ekor tetap bisa dinikmati meski tanpa bunga. Masing-masing punya ciri khas sendiri. Daunnya aneh-aneh, kata Ir Horas Pardomuan Batubara, kolektor anthurium di Jakarta. Lihat saja sosok A reflexinervium yang daunnya unik berkerut merut. Atau gelombang daun A wave of love membuat siapa pun jatuh cinta.Lagipula kondisi iklim di daerah sentra cocok untuk penanaman kerabat aglaonema itu. Berjo dan Ngargoyoso di kaki Gunung Lawu berketinggian 600 m dpl. Suhu udara pada siang hari berkisar 20oC. Sementara anthurium membutuhkan udara dingin agar tumbuh optimal. Saya pernah coba tanam adenium tapi kurang cocok, ujar Sarni. Apalagi bupati Karanganyar mendukung kabupaten itu jadi kota anthurium.Diduga masuknya investor berduit juga turut melambungkan pamor anthuium. Sebut saja Yoe Kok Siong yang pada 2004 memborong ribuan induk A. jenmanii dari Jakarta. Dari jumlah itu, 75 tanaman dijadikan induk. Sisanya dibesarkan selama 3 bulan, lalu dijual pada pekebun lain. Syahrial Usman di Riau, Santy Pieters, dan Akiong-keduanya di Jakarta, tak ketingglan memboyong jenis-jenis eksklusif.Maling Toh, batu sandungan pun mengancam. Serangan penyakit bercak kuning salah satu yang membuat jeri pekebun. Maklum sekali terserang, tanaman rusak keindahannya. Peluang tanaman selamat hanya 20-40%. (baca: Pasukan Waffen di Tubuh Anthurium halaman 26). Namun, yang kini menjadi momok utama ialah pencurian. Nun di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Hanna Wati, mesti merelakan 10 A. jenmanii berdaun 8-15 helai setinggi 1 meter digondol maling pada Juli 2006. Total kerugian Rp50-juta. Di Sawangan, Depok, Jawa Barat, setruk anthurium yang siap bongkar muat, raib tanpa bekas saat diparkir di kebun (baca: Sirna Laba di Depan Mata halaman 32).Bila dijadikan barang investasi, peminat mesti benar-benar berhitung. Kurniawan Junaedhi, pemilik nurseri Toekang Keboen, mencontohkan, bila bermain di aglaonema investor bisa menghitung dengan cermat penambahan rupiah yang didapat. Aglaonema rata-rata menghasilkan 1 daun per bulan, tutur suami Maria Nurani itu. Bandingkan dengan A. jenmanii yang mesti menunggu 2-6 bulan untuk menghasilkan daun baru. Harga anthurium pun sangat ditentukan oleh negosiasi pembeli dan penjual dalam menilai keindahan tanaman. Napas panjang tren pun masih menjadi tanda tanya. Sugiono memprediksi, dalam 8 bulan ke depan bibit-bibit yang kini tengah dirawat para pekebun bakal menjadi tanaman remaja untuk konsumsi hobiis. Apakah pasar Jakarta siap menampung? tanya pemilik nurseri Sugi itu. Maklum di jagad dunia tanaman hias, Jakarta tetap pasar terbesar. Sugi menghitung, dari total pemain anthurium persentase hobiis baru 5%. Pemain asal Semarang yang memprediksi tren anthurium pun mewanti-wanti. Apa yang naiknya cepat, turunnya cepat juga, tegasnya. Harga gila-gilaan seperti sekarang pun tak bakal cocok dengan kantong kebanyakan konsumen riil-para hobiis.Dari bisik-bisik yang beredar di kalangan para pemain, konon ada permintaan dari luar negeri. Menurut kabar pembeli datang dari Brunei Darussalam dan Korea. Toh, kabar itu belum jelas kebenarannya. Untuk memperpanjang napas tren, usaha Kurniawan dan Hadi Sumarna mungkin bisa ditiru. Mantan wartawan senior salah satu surat kabar terkemuka itu menawarkan jenis-jenis murah yang terjangkau kantong hobiis pemula. A. hookerii yang diboyong Kurniawan dari Thailand dibandrol Rp200.000 terdiri dari 6-7 daun setinggi 20-30 cm. Jadi, supaya tak tersandung di bisnis anthurium, lebih baik meneropong pasar dulu sebelum ikut nyemplung.


(Evy Syariefa/Peliput: Argohartono Arie Raharjo, Destika
Cahyana, Hermansyah, Imam Wiguna, Lani Marliani, Lastioro Anmi Tambunan, Rosy Nur Apriyanti, dan Syah Angkasa)
(Majalah Trubus edisi Oktober 206)

BUDIDAYA

BUDIDAYA TANAMAN
ANTHURIUM
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KARANGPLOSO
INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN WONOCOLO
1997

> PENDAHULUAN
Anthurium adalah tanaman hias tropis, memiliki daya tarik tinggi sebagai penghias ruangan, karena bentuk daun dan bunganya yang indah, Anthurium yang berdaun indah adalah asli Indonesia, sedangkan yang untuk bunga potong berasal dari Eropa. Di Indonesia tidak kurang terdapat 7 jenis anthurium, yaitu Anthurium cyrstalinum (kuping gajah), Anthurium pedatoradiatum (wali songo), Anthurium andreanum, Anthurium rafidooa, Anthurium hibridum (lidah gajah), Anthurium makrolobum dan Anthurium scherzerianum.

> PERBANYAKAN
Anthurium dapat diperbanyak dengan 2 cara, yaitu generatif (biji) dan vegetatif (stek).

1. Perbanyakan dengan cara generatif (biji)
Tanaman anthurium memiliki 2 macam bunga (Gambar 1) yaitu bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan ditandai oleh adanya benang sari, sedangkan bunga betina ditandai oleh adanya lendir. Biji diperoleh dengan menyilangkan bunga jantan dan bunga betina.

Dengan menggunakan jentik, bunga sari diambil dan dioleskan sampai rata di bagian lendir pada bunga betina. Sekitar 2 bulan kemudian, bunga yang dihasilkan sudah masak, di dalamnya terdapat banyak biji anthurium. Biji-biji tersebut di kupas, dicuci sampai bersih dan diangin-anginkan, kemudian ditabur pada medium tanah halus. Persemaian ditempatkan pada kondisi lembab dan selalu disiram.

2. Perbanyakan dengan cara vegetatif (stek)
Ada 2 cara perbanyakan secara vegetatif, yaitu stek batang dan stek mata tunas. Cara perbanyakan dengan stek batang adalah memotong bagian atas tanaman (batang) dengan menyertakan 1 - 3 akar, bagian atas tanaman 'yang telah dipotong kemudian ditanam, pada medium tumbuh yang telah disiapkan (Gambar 2). Sebaliknya perbanyakan dengan mata tunas adalah mengambil satu mata pada cabang, kemudian menanam mata tunas pada medium tumbuh yang telah disiapkan (Gambar 3). Cara tabur biji dan stek disajikan pada Gambar 4.

> PENYIAPAN MEDIUM TUMBUH
Berdasarkan kegunaannya, medium tumbuh dibagi menjadi 2 macam, yaitu medium tumbuh untuk persemaian dan untuk tanaman dewasa. Medium tumbuh terdiri dari campuran humus, pupuk kandang dan pasir kali. Humus atau tanah hutan dan pupuk kandang yang sudah jadi di ayak dengan ukuran ayakan 1 cm, sedangkan pasir kali di ayak dengan ukuran ayakan 3 mm. Humus, pupuk kandang dan pasir kali yang telah di ayak, dicampur dengan perbandingan 5 : 5 : 2. Untuk persemaian, medium tumbuh perlu disterilkan dengan cara mengukus selama satu jam.

> PENYIAPAN POT
Untuk menanam bunga anthurium, dapat digunakan pot tanah, pot plastik atau pot straso. Pot yang paling baik adalah pot tanah karena memiliki banyak pori-pori yang dapat meresap udara dari luar pot. Apabila digunakan pot yang masih baru, pot perlu direndam dalam air selama 10 menit. Bagian bawah pot diberi pecahan genting/pot yang melengkung, kemudian di atasnya diberi pecahan batu merah setebal 1/4 tinggi pot. Medium tumbuh berupa campuran humus, pupuk kandang dan pasir kali dimasukkan dalam pot (Gambar 5).

> PEMELIHARAAN
Setelah tanam, tanaman dipelihara dengan menyiram 1 - 2 kali sehari. Daun yang sudah tua atau rusak karena hama dan penyakit, dipotong agar tanaman tampak bersih dan menarik. Sebaiknya tanaman ini dipelihara di tempat teduh karena tanaman tidak tahan sinar matahari langsung.


Oleh : - Sariati, asisten Teknisi Litkayasa BPTP Karangploso
Diproduksi : IPPTP Wonocolo
Sumber Dana : APBD Tk. I Jatim Tahun Anggaran 1997/1998

Google Docs & Spreadsheets -- Web word processing and spreadsheets.